Jumat, 26 Desember 2008

THUFAIL ALGHIFARI

Seorang anak dari pendeta protestan yang taat, tapi kini telah menjadi seorang muslim yang teguh dengan tetap istiqomah berdakwah memalui lagu-lagu rap-nya. Ketika waktu kecil si Thufail ini bernama Richard, sebagai anak pendeta tentunya doktrin-doktrin trinitas dimasukkan ke dalam otaknya. Namun seiring berjalannya waktu dia menemukan kebenaran dan "Syahadat" pertamanya dia ucapkan didepan anak-anak PUNK, ho-ho-ho... (Bravo!), bahkan dia pernah menjadi atheis karena sering membaca buku-bukunya Karl Marx (Marxisme). Menjadi muallaf mulanya untuk mempelajari seorang REVOLUSIONER yang dikatakan ibunya "REVOLUSIONER YANG MEMAKSAKAN FAHAMNYA DENGAN PEDANG" yaitu Rasulullah Muhammad saw. Tentunya tidak mudah menjadi muallaf tanpa pembimbing, satu-satunya pembimbingnya adalah anak PUNK, he3x. Ketika Thufail ini ingin belajar mengenai sholat dan bertanya kepada anak PUNK ini, eh..... dijawabnya "kalau setahu gue sholat itu pokoknya baca fatihah aja udah sah!". wuakakakakakak.
Setelah beberapa lama Thufail mulai merilis lagu-lagu rapnya yang berisi cemohan terhadap zionis dan bahkan menghujat doktrin trinitas (dalam lagu yang berjudul Surat untuk Ibu). Kalau teman-teman pengin tahu lebih lengkap mengenai Thufai, kunjungi multiplynya di :
http://thufailalghifari.multiply.com/
atau kamu bisa download lagunya di:
http://viva-khilafah.blogspot.com/2008/08/download-mp3-tufail-al-ghifari.html
Nah.... SELAMAT BERJIHAD KAWANKU.....!!!!
ALLAHU AKBAR!!!!

Rabu, 08 Oktober 2008

Pilih Hisab atau Rukyat ?

Belakangan ini umat muslim khususnya di indonesia sering gempar dengan adanya perbedaan hari perayaan Idul Fitri. Nah, saya ingin menjlentrehkan mengenai penetapan awal dan akhir puasa ini.
Ada dua cara yang disepakati oleh jumhur ulama untuk menentukan awal dan akhir puasa. Yakni (1) melihat bulan (hilal) atau (2) dengan menyempurnakan hitungan bulan sya'ban sebanyak 30 hari apabila ada hal-hal yang menjadi penghalang untuk melihat hilal pada malam ke tiga puluh karena adanya mendung, awan atau yang lainnya. Sebagaimana yang dikatakan DR. Ahmad al-Syarbashi seorang dosen di Universitas al-Azhar Mesir (Yas'alunaka fi al-Din wa al-Hayah Juz IV, hal 35).
Kesimpulan ini diperoleh dari hadits nabi SAW yang artinya:
"Berpuasalah kalian apabila telah melihat bulan, dan berbukalah (tidak berpuasa) kalian apabila telah telah melihat bulan. Namun, jika pandanganmu terhalang oleh awan, maka sempurnakanlah bulan sya'ban itu sampai 30 hari".(Shahih al-Bukhari.[1776])
Oleh karena itu seseorang dilarang memulai puasa ataupun mengakhirinya sebelum ada ru'yah.
Bukti-bukti diatas menunjukkan bahwa untuk menentukan awal dan akhir puasa Ramadhan adalah dengan ru'yatul hilal (melihat bulan) merupakan cara yang diajarkan nabi Muhammad SAW.
Namun, masih ada sebagian umat muslim mengingkari ru'yah dan lebih memilih menggunakan hisab (perhitungan), mereka mengatakan bahwa nabi menggunakan ru'yah dikarenakan terpaksa, sebab umat beliau pada waktu itu tidak mampu menulis , membaca serta melakukan hisab. Mereka melemahkan pendapat ru'yah dengan menggunakan hadits :
"Dari Ibn Umar RA, nabi SAW, bahwa beliau bersabda, "Kami adalah umat yang tidak dapat menulis dan berhitung. satu bulan itu seperti ini, seperti ini". Maksudnya satu saat berjumlah 29 dan pada waktu yang lain mencapai 30 hari." (Shahih al_Bukhari, [1780])
Mereka mengatakan ru'yah dilakukan untuk memudahkan kaumnya agar tidak menemui kesulitan ketika akan memulai dan mengakhiri puasanya, sehingga penggunaan ru'yah sudah tidak relevan lagi dengan kondisi sekarang, karena sekarang sudah banyak ahli hisab. dan juga fasilitas untuk melakukan hisab sudah tersedia, sehingga tidak sulit lagi untuk melakukannya.
Menjawab keraguan ini, tentu kita harus kembali pada sejarah, benarkah semua sahabat nabi tidak bisa membaca dan menulis? dan apakah pada zaman nabi tidak ada ahli ilmu hisab sehingga harus menggunakan ru'yah?. Jawabnya tentu tidak, karena pada zaman nabi telah ada sahabat yang mahir dalam ilmu hisab, semisal Ibnu Abbas. (Menentukan Awal dan Akhir Puasa Ramadhan dengan Ru'yah dan Hisab, 16-20).
Dengan alasan inilah, maka keraguan tersebut dapat terbantahkan. dari itu, penentuan awal dan akhir Ramadhan adalah dengan Ru'yah, bukan dengan hisab.

abuya alkhawarizmi